Titik Kosong - Kita hanya sebuah raga yang diberi sukma, dicipta rasa, dan sering tak berdaya.
~ Ketika Rindu Tak Punya Obat Temu
Keluhku berbuah
resah. Takut bila saja lelahku menahan rasa ini, hanya akan merugikan diriku
sendiri. Tapi apa mau dikata, kali ini rinduku tak punya lagi obat temu. Hanya
bisa dipendam, dan sesekali kucoba nikmati. Meskipun nyatanya rasa ini memang
menyakitkan sekali.
Aku yakin aku punya
banyak teman yang serasa dan selara. Punya cinta, merasa rindu, tapi tak punya
obatnya. Dia yang kuinginkan ada di depanku, kini sudah menjadi dia di tempat
lainnya. Jauh dariku, dan tidak akan bersamaku lagi.
Tuhan memang selalu
punya caranya sendiri untuk melukiskan takdir bagi hamba-Nya. Semesta juga
seakan tahu dan mendukung takdir itu. Tapi rasaku, kadang masih belum mau
bersahabat dengan kenyataan. Kenyataan bahwa rindu ini tak punya obat temu
lagi.
Mencintai dan
merindukan orang yang sudah pergi memang bukan hal yang mudah. Bahkan kadang,
kenangan manis saat bersama bisa saja terasa ngilu di dada. Ngilu karena rindu,
dan sadar bahwa saat-saat itu tak mungkin akan lagi ada.
Dan lagi, apakah
pertemuan di mimpi adalah jalan untuk mengobati rindu ini? Kurasa tidak juga
semudah itu. Karena ketika terbangun, bayang mimpi justru bisa jadi candu dalam
pikiran untuk selalu memikirkan.
Memang sulit. Dan cukup
sakit. Tapi tidak ada juga alasan lupa untuk menyamarkan rindu yang kerap ada.
Tidak ada juga jalan untuk abai bagi sebuah rasa yang masih tetap kokoh
bertahta.
Aku merindukanmu,
dan aku masih menikmati lara yang kutahu tak ada obatnya.