Titik Kosong - Dalam sebuah karya sastra solilokui atau senandika berarti wacana seorang tokoh dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin, yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar. Dalam dunia seni, secara singkat solilokui juga dimaknai sebagai cara aktor menyampaikan curahan hati dan keluhan dari tokoh yang diperankan dengan berbicara seorang diri (KBBI).
Dalam artikel ini, kita tidak akan membahas tentang solilokui yang ada pada karya sastra ataupun drama. Di sini, kita akan ambil semua itu untuk diterapkan dalam dunia nyata, bukan sekadar pada cerita fiksi saja.
Maksudnya adalah, mari kita meluangkan waktu untuk sama-sama bersolilokui, bersenandika, berbicara pada diri sendiri, untuk lebih tahu, paham, dan mengenali diri kita sendiri. Untuk jujur pada diri kita sendiri. Dan untuk mengajarkan bahagia kepada diri kita sendiri.
Dahulu, kita mungkin sering dianggap gila ketika hanya bicara seorang diri. Bahkan pandangan itu masih tetap ada sampai sekarang. Ya, memang akan terlihat seperti orang gila jika cara bicara kita terlihat bergumam atau bahkan menggerutu seenaknya di hadapan banyak orang.
Yang seperti ini memang tidak masalah jika dilakukan dalam sebuah pementasan drama, sinetron, atau film, karena memang ada maksud tersendiri dari solilokui tadi. Akan tetapi, apa jadinya jika itu diterapkan dalam kehidupan nyata? Terlihat gila? Ya. Bisa jadi.
Tapi tenang, di sini saya tidak akan meminta kalian untuk terlihat gila. Sekali lagi saya hanya ingin kita menerapkan seni solilokui itu dalam kehidupan nyata kita untuk lebih memahami diri kita sendiri. Alasannya karena tidak banyak orang di dunia ini yang mengenal betul siapa dirinya, bagaimana dirinya, dan apa tujuan hidupnya. Dan sayangnya, tidak banyak pula dari mereka yang mau meluangkan waktunya untuk mencari tahu semua itu.
Solilokui adalah salah satu cara terbaik untuk bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Untuk itu, mulailah untuk bercakap-cakap dengan dirimu sendiri.
Tidak. Kamu tidak perlu melakukan itu di depan banyak orang. Justru kamu tidak seharusnya melakukan itu di depan banyak orang. Karena yang terbaik adalah diam menyendiri dalam ketenangan dan mulai berbicara dengan dirimu sendiri saja. Tanpa gangguan dari siapapun. Tanpa keributan dari hal apapun.
Cari waktu, tempat, dan suasana yang tepat untuk melakukan hal itu. Hingga pada akhirnya kamu benar-benar bisa mendengarkan suara hatimu sendiri.
Cara ini bukan hanya untuk mereka yang galau, mereka yang lemah, mereka yang sedih, atau mereka yang terlihat tidak bahagia. Cara ini ditujukan untuk semua orang yang ingin bahagia. Karena percaya atau tidak, kita akan sulit untuk bahagia jika kita tidak mengajarkan kepada diri kita sendiri tentang apa itu bahagia.
Berbicara pada diri sendiri tidak melulu membahas tentang curahan hati tentang kesedihan atau pun konflik yang ada dalam hidup saja. Ajak pula dirimu untuk berbicara tentang bagaimana hidup bahagia. Pun untuk tahu bagaimana caranya untuk memaknai kehidupan ini dengan positif sehingga kamu bisa bahagia.
Kalian boleh menganggap bahwa inne conversation ini tidaklah penting. Boleh juga berkata bahwa ini hanya hal sepele atau berpikiran bahwa kalian sudah mengenal diri kalian sendiri, sudah paham diri kalian sendiri, dan sudah tidak perlu lagi melakukan hal ini. Silakan. Bukan masalah dan justru itu baik jika kalian sudah benar-benar paham dengan diri kalian sendiri.
Tapi tetap, pastikan itu benar dan bukan sekadar anggapan kalian saja. Karena yang benar-benar mengenal itu berawal dari sering bicara bersama. Dan mana mungkin kita bisa mengenal diri kita sendiri jika kita tidak pernah berbicara dan mendengarkan diri kita? Renungkanlah.