Titik Kosong - Banyak orang ingin bisa menjalin hubungan harmonis dengan orang lain, tetapi tidak sedikit yang lupa untuk menjalin hubungan yang baik dengan diri sendiri.
Menjalin hubungan yang baik dengan diri sendiri mungkin terdengar aneh di telinga beberapa orang. Mungkin mereka juga berpikir bahwa orang-orang yang melakukan ini hanyalah mereka yang kesepian, tidak punya kekasih, atau bahkan tidak punya siapa-siapa yang menyayanginya. Salahkan anggapan itu? Tentu tidak. Anggapan tidak untuk disalahkan, hanya saja, ada beberapa kenyataan yang lebih benar dari pada anggapan itu.
Menjalin hubungan yang baik dengan diri sendiri hanya akan dilakukan oleh mereka yang benar-benar mencintai dirinya dan menghargai hidupnya. Pelakunya hanyalah mereka yang paham betul tentang arti hidup dan kehidupan. Jika tidak, maka sah-sah saja saat orang memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan dirinya sendiri.
Hubungan yang terjalin dengan diri sendiri bukan berdasar pada tidak adanya orang yang mengasihi kita. Ini bukan pula perkara kesepian atau kekurangan kasih sayang sehingga melakukan pembelaan dengan mencintai diri sendiri.
Hubungan ini ada karena orang itu mampu memahami arti penting dari paham terhadap diri sendiri. Akan saya ulangin, hubungan ini ada karena orang itu mampu memahami arti penting dari paham terhadap diri sendiri. Karena pemahaman terhadap diri sendiri itu bisa membuatnya paham dengan semua keadaan yang menyangkut dirinya. Sehingga dia akan lebih mudah dalam menjalani hidup.
Berkat paham dengan dirinya, berkat terjalinnya hubungan yang baik terhadap dirinya sendiri, dia pada akhirnya mengerti apa yang benar-benar dia inginkan dan apa yang tidak sama sekali dia harapkan.
Percayalah, tidak banyak orang di dunia ini yang mau meluangkan waktu untuk mendengarkan intuisi mereka. Tidak banyak dari mereka yang benar-benar mau berbicara dengan dirinya sendiri, dengan tenang, dengan santai, dan dengan kepala dingin.
Tidak banyak orang di dunia ini yang mengenal dirinya sendiri, yang paham dengan dirinya sendiri, yang mengerti bahasa dirinya sendiri. TIDAK BANYAK.
Kebanyakan orang justru lebih sering percaya dengan penilaian orang lain, mereka juga lebih sering melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh orang lain. Semua berdasar pada orang lain, dan “keumuman” yang ada di sekitar mereka. Ya, mereka hanya ingin menjadi “umum”. Menjadi sama seperti orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Pandangan umum itulah yang membuat mereka ingin melakukan sesuatu yang terlihat baik di mata orang-orang di luar sana. Untuk mendengarkan komentar baik dari orang-orang di luar sana. Hingga pada akhirnya mereka lupa bahwa suara pertama yang seharusnya mereka dengar asalnya dari dalam diri mereka sendiri. BUKAN DARI LUAR SANA.
Maka jangan kaget jika pada akhirnya mereka tidak bahagia, karena memang mereka tidak pernah mendengarkan kata hatinya sendiri. Tidak pula mampu memahami diri mereka sendiri, sebab mereka tidak menjalin hubungan yang baik dengan diri sendiri.