Titik Kosong - Orang yang berbeda tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Setidaknya peganglah prinsip itu untuk bisa memperlakukan orang lain dengan tepat.
Di dunia ini, kita dihadapkan dengan banyak orang dengan kepribadian dan sifat yang bermacam-macam. Bisakah kita memperlakukan mereka dengan cara yang sama? Tentu saja tidak. Pemahaman yang mereka miliki juga tidak bisa diseragamkan antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, cara kita memperlakukan mereka juga harus dibedakan.
Ada orang yang diperlakukan dengan lembut saja langsung bisa paham dan mengerti. Ada yang memang harus ditegasi. Ada juga yang harus benar-benar dididik dengan keras. Atau ada yang memang harus didiamkan. Cara-cara ini akan tepat jika diterapkan pada orang-orang yang tepat pula.
Semua orang suka kelembutan? Jelas. Tetapi bagaimana jika kelembutan itu tidak bisa membuatnya lebih baik? Atau ketika kita memperlakukan mereka dengan lembut justru disalahartikan? Para attention seekers tidak tepat jika diberikan perlakuan seperti ini. Percayalah, mereka justru tidak akan bisa maju jika terus-terusan kita ladeni dengan kelembutan dan perhatian.
Sikap lembut hanya pantas diberikan kepada mereka yang benar-benar bisa menghargai kelembutan itu. Bersikap baik kepada siapapun itu boleh, dan memang harus begitu. Asal mereka tidak menyalahartikan kebaikan itu.
Ada orang-orang tertentu juga yang harus kita biasakan untuk diberikan ketegasan. Orang-orang yang banyak mengeluh misalnya. Ada kalanya kita harus tegas kepada mereka untuk berhenti menghinakan hidupnya sendiri. Penting untuk membuat mereka sadar jika masalah yang mereka hadapi akan selesai jika dicari solusinya dan dikerjakan dengan tindakan, bukan sekadar diumbar dan dibicarakan untuk mencari belas kasihan.
Adakah yang harus diperlakukan secara keras? Sayangnya memang ada. Terkadang kita dipaksa untuk menjadi seorang antagonis ketika menghadapi orang-orang yang sifatnya sudah melewati batas wajar. Kita perlu memperlakukan orang lain dengan keras, tapi kekerasan ini bukan perkara fisik tentunya. Bukan pula tentang hinaan atau ujaran yang melanggar hukum. Cukup dengan kerasnya sindiran yang memang mengarah pada kenyataan. Seharusnya jika orang itu bisa berpikir, cara keras ini akan berhasil.
Jika orang itu sering menggangu dengan hal-hal yang tidak bermutu, maka sah-sah saja jika memberikan sindiran keras kepadanya. Setidaknya agar dia berhenti mengganggu kita. Atau syukur-syukur orang itu bisa sadar dan berubah menuju kebaikan.
Saya tidak membenarkan jika semua keburukan harus dibalas dengan keburukan juga, tapi perlu diketahui, orang-orang yang sudah keterlaluan kadang kala perlu tahu bahwa kita juga memiliki power untuk melawan, setelah sekian lama kita mencoba hadapi mereka dengan kesabaran. Jadi, jangan mau terlihat lemah. Itu saja.
Yang terakhir, siapa yang harusnya didiamkan saja? Hm, jika sudah sampai ke tataran ini, maka bisa dibilang kita sudah hampir tidak peduli. Jika kita sudah memperlakukan orang lain dengan lembut, tegas, atau bahkan kasar saja tidak bisa membuatnya lebih baik saat diingatkan, maka diam dan menjauh adalah solusinya.
Nampaknya kalimat dalam bahasa Inggris, “stay away from negative people” itu benar adanya. Jika orang itu ada hanya untuk mengacaukan hidup kita, mengapa kita tidak pergi menjauh saja? Untuk itu, jika memang sudah tidak bisa diarahkan, solusinya adalah diamkan. Hargai kata-kata yang keluar dari mulutmu sendiri, jangan sampai kata-kata itu hanya ditujukan kepada seseorang yang tidak bisa menghargainya.
Dan faktanya, dalam hidup ini, yang terbaik adalah untuk tidak menjadi protagonis di semua keadaan. Pahami siapa yang sedang kita ajak bicara, dan tentukan bagaimana kita akan bersikap terhadapnya. Ramah, santun, cuek, jutek, itu pilihanmu. Pastikan pilihan itu tepat saat memperlakukan orang lain.