Titik Kosong - Jika sudah berbicara tentang cinta, pasti kita akan membahas tentang perasaan juga. Namun, logika dalam mencintai tidak boleh sampai ditinggalkan. Karena mengandalkan perasaan saja saat mencinta, tidak akan “sehat” untuk hidupmu.
Kita butuh kombinasi perasaan dan logika dalam mencintai. Perasaan adalah sesuatu yang akan mendekatkanmu dengan pasangan. Namun, perasaan itu juga yang mampu menjauhkanmu sejauh-jauhnya darinya jika kelak kamu merasa tersakiti. Karena perasaan yang tak terkendali itu bisa dengan saja berubah menjadi benci. Dan kamu butuh sesuatu yang bisa mengontrol semua itu agar tetap sesuai porsinya. Ya, logika.
Logikamu akan membuatmu mampu mengendalikan perasaan yang kamu miliki. Kadang logika itu juga yang mampu menahan perasaan berlebihan. Membuatnya agar lebih terkendali. Termasuk untuk mengendalikan harapanmu yang terlampau tinggi agar tetap berada pada tempat yang semestinya.
Kita semua paham, ketika kita sudah mencintai seseorang, terkadang perasaan cinta itu memaksa kita melakukan hal-hal yang sering kali di luar nalar. Namun kita perlu memilah dan mengendalikan semua itu dengan logika, agar kita tidak terjebak dalam perilaku yang salah dan sering diatasnamakan atas dasar cinta.
Sudah berapa banyak kasus orang yang sakit hati lalu memilih mengakhiri hidupnya dengan alasan perasaan cintanya? Sudah berapa banyak juga orang-orang yang memberikan segalanya kepada pasangannya namun pada akhirnya harus menyesal karena hubungan itu berujung tidak baik? Untuk itu, gunakan logika dalam mencinta.
Libatkan logikamu karena ia yang akan bisa membantumu untuk mengendalikan perasaan yang menggebu-gebu. Jika perasaan cinta yang kamu punya mendorongmu untuk semakin dekat dengan pasangan, maka logika itu yang akan menarikmu sedikit keluar agar kamu lebih paham batasan dalam mencintai.
Semua kata-kata ini ditujukan terutama bagi yang masih belum menjalin ikatan resmi atau dengan kata lain belum menikah. Terus terang saya hanya tidak ingin melihat semakin banyak orang yang terluka karena rasa cinta berlebihan yang tumbuh sebelum waktunya. Ingat, komitmen yang sesungguhnya baru akan ada setelah menikah. Sebelum itu, pastikan dirimu untuk selalu berhati-hati dalam mencintai.
Nikmati cinta, jadilah bahagia, tapi pahami juga batasnya.
Semoga Tuhan senantiasa melindungimu dari patah hati.